Saturday, December 19, 2009

TEKNOPRENEUR AWARD 2009


TEKNOPRENEUR AWARD 2009 adalah penghargaan untuk para pelaku bisnis teknologi terbaik di Indonesia. Penghargaan yang telah memasuki tahun kedua ini merupakan hasil kerjasama antara Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung, Teknopreneur Indonesia, dan Tekno Ventura. Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi untuk para pelaku bisnis teknologi di Indonesia dan upaya mendorong tumbuhnya bisnis-bisnis teknologi berskala UKM saat ini menjadi bisnis-bisnis besar di masa depan.

Penghargaan ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa bisnis dengan kekuatan inovasi dan teknologi mampu unggul dalam persaingan bisnis dunia saat ini. Fakta menunjukkan bahwa peningkatan nilai yang diperoleh bisnis berbasiskan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi sangat tinggi. Sehingga sangat wajar jika bisnis-bisnis kategori tersebut menjadi pemain utama dalam percaturan dunia bisnis saat ini.

Bisnis-bisnis teknologi yang saat ini menjadi raksasa dalam dunia bisnis selalu dimulai dari skala bisnis yang sangat kecil atau dari hasil riset. Kekuatan inovasi produk dan model bisnisnya mampu menumbuhkan bisnis-bisnis tersebut secara cepat dan kontinu.

Kecenderungan mengarusutamakan bisnis-bisnis berbasis inovasi teknologi terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Banyak bisnis-bisnis yang lahir dari otak dan tangan lulusan perguruan tinggi dengan modal utama hasil inovasinya dalam produk dan model bisnis. Upaya ini makin menguat setelah pemerintah mencanangkan tahun 2009 sebagai tahun Indonesia Kreatif.

SELAMAT KEPADA PARA PEMENANG TEKNOPRENEUR AWARD 2009
1. PT SARIMAS AHMADI PRATAMA
2. PT BARELANG KONSULTINDO MANDIRI
3. PT SISFO INDONESIA

PANITIA TEKNOPRENEUR AWARD 2009 MENGUCAPKAN TERIMA KASIH KEPADA: SELURUH PESERTA, FINALIS SERTA PARTISIPAN,

DEWAN JURI,

AMIR SAMBODO
ANINDYA N. BAKRIE
BUDI GUNADI SADIKIN
CAHYANA AHMADJAYADI
DWI LARSO
ILHAM A. HABIBIE
RETNO SHANTI RUWYASTUTI

Sumber :
http://www.award.teknopreneur.com/
17 Desember 2009

Bandung Comtech 2008 - Mengenal dan Menjadi Teknopreneur

Kata enterpreneur bagi sebagian orang mungkin sudah tidak asing, tapi bagaimana dengan teknopreneur? Teknopreneur berarti orang yang bekerja dibidang teknologi dan istilah tersebut mulai muncul ketika internet mulai dikenal masyarakat.

Melahirkan teknopreneur-teknopreneur Bandung, itulah salah satu tujuan pelatihan UMKM dan industri kreatif berbasis IT yang diselenggarakan oleh Inkubator Inovasi Telematika Bandung (I2TB) pada Rabu(12/11/2008) dalam acara Bandung Comtech 2008 di BeMall.

"Tujuan kita selain sosialisasi program I2TB adalah memberi wadah untuk mengembangkan usaha di bidang teknologi," tutur Ferie Budiansyah selaku Direktur Program I2TB. "Menjadi seorang teknopreneur merupakan bidang yang sangat menjanjikan," tambah Ferie.

I2TB merupakan salah satu program Departemen Komunikasi Informatika (Depkominfo) dan baru akan dilaksanakan tahun ini. Bandung menjadi kota pertama pengaplikasian program tersebut. Ferie pun menjelaskan program I2TB berikutnya seperti program inkubasi selama dua tahun.

Menurut Ferie alasan memilih Bandung karena Bandung dianggap sebagai kota industri kreatif, "Bandung merupakan salah satu kota industri kreatif di Asia," tuturnya.

Sayangnya pelatihan yang diadakan di lantai UG BeMall ini hanya diikuti tidak lebih dari 20 orang dan semuanya mahasiswa yang berasal dari satu kampus yang sama. Padahal target awalnya adalah masyarakat umum, mahasiswa ataupun calon teknopreneur.

Namun, terlepas dari jumlah peserta yang tidak memenuhi target tidak menyurutkan antusias peserta yang datang. Hal itu bisa terlihat dari banyaknya peserta yang bertanya dan memberikan motivasi tersendiri bagi pesertanya. Seperti yang diungkapkan oleh Herman salah satu peserta yang juga merupakan salah satu mahasiswa Unikom, "Saya termotivasi

untuk menciptakan produk tekhnologi," ungkap Herman yang ditemui usai acara. Acara ini akan berlanjut tanggal 22 November mendatang dengan materi mengenai business plan.

Sumber :
Dewi Purnamasari, mahasiswa Universitas Pasundan Bandung Jurusan Pendidikan Biologi Semester 3. Tulisan ini dibuat dalam kegiatan Sehari Menjadi Wartawan Detikcom di BeMall, 12-16 November 2008.(lom/lom)
http://bandung.detik.com/read/2008/11/12/195007/1035995/486/mengenal-dan-menjadi-teknopreneur
12 November 2008

Penghargaan Bagi Teknopreneur Indonesia

(Majalah Teknopreneur, Edisi: 20 Juli 2008 - Hal : 56 ) Menilik ke belakang, lima tahun yang lalu misalnya, kita masih sangat asing dengan satu kata ini: Teknopreneur. Kala itu yang familiar adalah kata Entrepeneur atau bahasa lainnya dari usahawan. Tapi setahun belakangan, kata teknopreneur (terlepas dari nama majalah ini.red) mulai dikenal sebagai penggambaran dari usahawan yang memanfaatkan teknologi penunjang keberhasilan bisnis dan inovasinya.

Dirasakan oleh para pebisnis tanah air, bahwa dalam menjalankan roda bisnis mereka, teknologi menjadi keharusan. Terlebih untuk bertahan di tengah ketatnya persaingan skala nasional atau global. Fakta membuktikan pebisnis yang sukses di dunia sebagian besar adalah teknoprneur. Sebut saja Yahoo!, Google, YouTube, Amazon, Cisco, IBM, dan sebagainya.

Bagai-mana dengan di Indonesia? Banyak teknopreneur Indonesia yang tanpa kita ketahui ternyata telah sukses melebarkan sayap bisnisnya. Mereka tidak hanya mengandalkan teknologi, tapi juga senantiasa berinovasi serta cermat melihat ceruk pasar.

Dan sebagai bentuk apresiasi terhadap para teknopreneur yang telah ada, sekaligus untuk mendorong pertumbuhan teknopreneur lainnya, maka digelar lah ajang penghargaan Teknopreneur Award 2008 untuk pertama kalinya. Ajang mi merupakan kerjasama antara Ikatan Alumni ITB, Panitia Peringatan 30th ITB78, dan Majalah melakukan pengembangan bisnis dengan kekuatan inovasi teknologi. Tujuannya, mendorong para UKM tersebut agar menjadi bisnis besar di masa depan. Hal-hal yang menjadi fokus penilaian para tim juri meliputi inovasi, keuangan dan pertumbuhan bisnis, sistem manajemen, serta peran terhadap komunitas. Dan pada acara seminar sehari tentang Green Teknopreneur. diumumkanlah pemenang Teknopreneur Award 2008.

Berikut mi adalah pemenangnya: Perusahaan yang berdiri tahun 2002 ini bergerak dalam bidang software development khusus piranti lunak untuk Akuntansi, bernama Zahir Accounting. Software ini didesain agar mudah dipahami oleh pengusaha (non-finance person), sehingga dapat digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan bisnis. Dan keuntungan yang dihasilkan dengan penggunaan inovasi tersebut lebih dari 150% dari nilai investasi.

Muhammad Ismail Thalib, Direktur PT Zahir Internasional, mengungkapkan kegembiraannya atas penghargaan tersebut. “Penghargaan ini mendorong spirit kita agar lebih cepat. Kemenangan yang kita dapatkan, lebih kepada teknopreneur-teknopreneur lain. Bukan hanya Zahir yang akan berkembang, tapi juga menjadikan teknologi Indonesia dapat diperhitungkan di kancah dunia,”ujarnya.

Pertumbuhan Zahir memang luar biasa. Walau Muhammad enggan menyebutkan angka pastinya, tapi ia mengungkapkan bahwa selama lima tahun terakhir pertumbuhannya rata-rata 50%. Ada banyak faktor yang mendorong pertumbuhan tersebut. Pertama, Zahir berani bermain di segmen perusahaan menengah. Mereka meyakini bahwa perusahaan skala ini lah yang Iebih ‘tahan banting’ menghadapi krisis ekonomi. Selain itu, tingkat kebutuhan dan pengetahuan UKM terhadap teknologi semakin tinggi.

Perkembangan internet untuk mendapatkan informasi telah menggiring mereka untuk peduli dengan piranti lunak. Muhammad juga menilai, kesadaran akan pajak juga semakin tinggi. Inilah yang menyebabkan banyak perusahaan merapikan datanya agar lebih mudah mengurus pajak. Kesiapan Zahir dalam berinovasi ditunjukkan dengan akan diluncurkannya produk manajemen akuntansi yang lebih murah, mudah dicari, dan mudah digunakan. Muhammad juga menyinggung rencana Zahir dalam mengembangkan piranti lunak untuk sistem penggajian dan customer relationship management (CRM), yang rencananya akan di launching pada tahun 2009. Perusahaan yang memiliki tiga kantor di Jakarta, Surabaya dan Malang ini, akan fokus pada bagaimana agar informasi memudahkan pebisnis dalam mengambil keputusan.

Sumber :
http://www.zahirmerdeka.com/liputan-media/628.html

Menata Teknopreneur UKM

Indonesia mampu bersaing di sektor ICT global

Walau belum selesai, sejauh ini kita telah dengan baik melalui fase ICT (Information and Communications, Technologies) 1.0 yakni periode membangun konektivitas melalui komunikasi suara dan data.

Selama 5 tahun terakhir kita berhasil mengembangkan teledensitas (populasi penggunaan jaringan telepon) dari hanya sekitar 10% menjadi sekitar 66%. Dalam kurun waktu yang sama, tarif telepon kita telah bergerak dari posisi kedua termahal menjadi kedua termurah sedunia.


Saya kira tidak sampai 5 tahun lagi-bahkan bisa jadi hanya dalam waktu 3 tahun-kita akan mencapai tingkat penetrasi data yang sama dengan tingkat penetrasi telepon saat ini.

Tarif akan turun, sementara kecepatan dan kapasitas data akan terus meningkat. Hal itu sangat dimungkinkan karena akan semakin banyak warga masyarakat memiliki telepon genggam berjenis data-enabled phone.

Sekarang, secara perlahan kita sudah memasuki tahap ICT 2.0. Yang jadi soal pada era ini bukan lagi bagaimana cara kita mendapatkan konektivitas. Konektivitas akan menjadi suatu keniscayaan karena bisa dengan lebih mudah diperoleh.

Tantangannya kini adalah bagaimana mengisi konektivitas itu. Saya percaya, pada era ini penguasaan terhadap data dan kontenlah yang akan membedakan kekuatan suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Dan inilah saatnya kebangkitan para teknopreneur-UKM, atau para pengusaha UKM di bidang telematika.

Tidak seperti fase ICT 1.0 yang didominasi perusahaan besar-karena memerlukan modal besar untuk membangun infrastruktur dan hardware pendukung-ICT 2.0 adalah era bisnis piranti lunak dan konten.

Faktor lain, ICT 2.0 juga merupakan era lahirnya ekosistem bisnis yang kolaboratif. Pada satu titik, perusahaan besar pada umumnya akan lebih sulit berinovasi karena terlalu gemuk.

Oleh karena itu, mereka harus bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil untuk dapat terus menghasilkan produk-produk unggulan. NewsCorp mengakuisisi MySpace karena mereka ingin dapat segera ikut berkiprah di sektor Internet.

Tak boleh kita lupakan, banyak teknopreneur global juga bermula dari UKM. Microsoft memulai bisnis mereka dari garasi rumah. Google dan Facebook adalah contoh-contoh sukses serupa, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Lalu apakah kita punya kemampuan untuk bersaing di sektor ini di kancah global?

Jelas punya. Salah satu buktinya ditunjukkan oleh tim Indonesia yang berhasil menjuarai kontes teknologi mahasiswa sedunia Imagine Cup berturut-turut pada 2008 dan 2009.

Pada 2008, mereka merebut penghargaan bergengsi The Rural Inovation Achievement Award di Paris dengan mengembangkan program untuk mendeteksi kerusakan ekosistem lingkungan. Setahun kemudian di Mesir, tim mahasiswa kita memenangi Windows Mobile Award dengan mengembangkan program untuk mendeteksi penyakit malaria.

Satu lagi yang cukup membanggakan adalah aplikasi Nokia Setting Wizard--yang digunakan oleh Nokia di seluruh penjuru dunia-diciptakan oleh seorang putra Bangsa, Kendro Hendra.

Konteks ekonomi nasional pun amat menunjang. UKM adalah tulang punggung perekonomian kita. Menurut BPS, pada 2007-2008 ada sekitar 49,8 juta UKM yang menyumbang 53,6% PDB kita dan menyerap sekitar 97,3% lebih dari total angkatan kerja.

Sejumlah analis melihat perekonomian kita dengan sangat optimis. Morgan Stanley, misalnya, berpendapat bahwa Indonesia seharusnya ikut dimasukkan ke dalam BRIC-kelompok negara yang diyakini merupakan kekuatan ekonomi baru dunia.

Oleh karena itu, namanya perlu diubah menjadi BRIIC: Brasil, Rusia, India, Indonesia, dan China. Atau, seperti yang dinyatakan Nicholas Cashmore Indonesia perlu disetarakan dengan China dan India-sehingga istilah Chindia harus dimodifikasi menjadi Chindonesia.

Kunci untuk ini saya kira terletak pada kecermatan kita memusatkan titik fokus di-meminjam terminologi Michael Porter-cluster tertentu. Para teknopreneur kita harus mengarahkan pengembangan bisnis mereka pada segmen di mana Indonesia telah memiliki berbagai keunggulan-kompetitif.

Dengan begitu produk mereka akan memiliki nilai tambah di kancah dunia, yang juga bagus untuk meningkatkan skala ekonomi bisnis tersebut, misalnya, software dan konten yang berkaitan dengan industri perkebunan, perikanan, pertambangan, ataupun perubahan iklim.

Selain itu, kita harus menjawab sejumlah tantangan yang kini menghadang. Produk Indonesia selama ini kurang dikenal di tingkat dunia. Karena itu capaian-capaian di dunia internasional seperti Imagine Cup di atas akan sangat membantu.

Tantangan lain, kita harus memberi prioritas yang lebih pada bidang inovasi. Saat ini Indonesia hanya membelanjakan 0,7% dari PDB untuk bidang penelitian dan pengembangan.

Infrastruktur kita juga harus segera ditingkatkan. Biaya internet dan koneksi pita lebar (broadband) kita masih dua kali lebih mahal dari India dengan kualitas yang lebih rendah.

Selain itu, belanja di bidang teknologi informasi kita juga masih terlalu sedikit, yakni baru sekitar 1,4 persen PDB. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat sudah mencapai 3,5% dan Singapura bahkan lebih besar lagi, yakni 3,7%.

Posisi Kadin

Visi Kadin Indonesia di sektor ini adalah "menumbuhkan industri berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dan menciptakan iklim usaha TIK yang kondusif serta menjadikan TIK sebagai faktor pemungkin utama terciptanya masyarakat berbasis pengetahuan Indonesia."

Oleh karena itu, mendorong teknopreneur untuk meraih potensi terbaik mereka di dunia yang begitu kompetitif dan sedang mengalami konvergensi menjadi perhatian utama Kadin.

Untuk mendukung visi tersebut, Kadin telah mencanangkan sejumlah program, mulai dari menciptakan berbagai stimulus bagi terbentuknya pasar (market place) maupun mendorong lahirnya regulasi yang mendukung, serta berusaha memperjuangkan adanya insentif yang pada akhirnya akan kembali ke industri.

Program-program lainnya adalah yang berkaitan dengan perlindungan hak kekayaan intelektual, pengembangan pengetahuan dan keterampilan, penyediaan cara-cara baru untuk menstimulasi kian luasnya aktivitas berbagi pengalaman, ide, dan cerita sukses; serta mempertemukan stakeholders yang potensial.

Selain itu, kami juga mencoba untuk mengajukan proposal pendirian ICT Fund. Ini adalah dana yang ditujukan untuk membantu usaha kecil di bidang software dan konten. Sebagai contoh, selama ini operator-operator besar melalui berbagai macam skema-salah satunya berkaitan dengan hak pakai frekuensi-dikenakan kewajiban untuk menyetor sejumlah dana kepada negara sebagai pendapatan negara bukan pajak. Pada 2008, dari sini terkumpul dana setidaknya sebesar Rp 7 triliun. Kami mengusulkan supaya 10 persen dari dana tersebut (sekitar Rp 700 miliar) dialokasikan untuk ICT Fund ini.

ICT Fund ini akan dikelola dan diawasi oleh pemerintah atau bisa juga dikelola oleh perusahaan fund management milik pemerintah seperti Danareksa dan Bahana. Kami dari Kadin siap menyediakan matching fund yang pada awalnya kami targetkan mencapai rasio 10 : 1-setiap pemerintah mengalokasikan kembali dana PNBP di atas sebesar Rp10, Kadin akan menggalang dana Rp1 untuk menambah dana pemerintah di ICT Fund.


Sumber :
Anindya N. Bakrie
Bisnis, Sabtu, 21/11/2009, dalam :
http://www.forumukm.com/index.php?option=com_content&view=article&id=70:menata-teknopreneur-ukm&catid=29:the-cms&Itemid=37